search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Penonton Berdesakan Lihat Aksi Sanggar Seni Calonarang Gabos
Sabtu, 9 Juli 2022, 23:00 WITA Follow
image

beritabali/ist

IKUTI BERITADENPASAR.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITADENPASAR.COM, DENPASAR.

Sanggar Seni Calonarang GABOS (Gabungan Anak Bongkasa) Banjar Pengembungan, Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung menampilkan dramatari Calonarang dengan lakon “Madri Duta” serangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) XLIV Tahun 2022 di Kalangan Ayodya, Taman Budaya Provinsi Bali (Art Center), Kamis (7/7) malam. 

Pementasan berlangsung lebih dari empat jam tersebut menyedot animo penonton, bahkan sampai harus berdesak-desakan.

Penampilan Sanggar Seni Calonarang GABOS juga turut disaksikan oleh Ketua TP PKK Provinsi Bali sekaligus Ketua Dekranasda Provinsi Bali, Nyonya Putri Suastini Koster. 

 

I Kadek Anik Sunarta, Koordinator Sanggar Gabos mengungkapkan, lakon “Madri Duta” mengisahkan pada masa kejayaan Prabu Erlangga sebagai raja di kerajan Daha, ada salah satu keinginnannya untuk mempersunting anak dari Calonarang yang bernama Diah Ratna Manggali. 

Parasnya sangat cantik nan ayu, tuturnya halus dan kelakuannya baik sekali. Sangat berbeda dengan ibunya Calonarang, dia adalah seorang pengganut ilmu hitam pemuja setia Dewi Durga yang sangat kejam.

Sangat banyak masyarakat yang menjadi korban kekejamannya untuk memuaskan nafsu dan keganasannya dalam mempelajari ilmu hitam tersebut. 

 

Mulai dari orang tua, remaja, anak- anak, bahkan balita masih lahirpun tidak luput dijadikan tumbal olehnya. Oleh karena itu, terjadilah polemik di kerajaan Daha. 

Banyak masyarakat yang tidak setuju dengan keputusan sang raja yang ingin mempersunting anak dari calonarang tersebut. Maka dari itu, diadakanlah rapat antara petinggi-petinggi dari kerajaan, yang menghasilkan keputusan untuk membatalkan lamaran sang raja yang sudah beliau ucapkan sebelumnya kepada Calonarang. 

Keputusan tersebut dituangkan ke dalam surat dan salah satu patih Erlangga yang bernama Rakrean Madri sebagai pengantarnya ke Dirah, di mana tempat Calonarang tinggal.

Dibatalkannya pernikahan tersebut membuat harga diri Calonarang terhina sehingga dia sangat murka, sehingga Calonarang berjanji akan menghancurkan kerajaan Daha.

Pengampunan kepada Rakrean Madri terlontar untuknya, mengingat bahwa dia adalah seorang utusan. Namun pengampunan tersebut tidak terindahkan oleh murid calonarang yang bernama Ni Rarung, yang menghadang Rakrean Madri di tengah jalan sehingga, pertarungan pun tidak terhindarkan. 

 

Dalam pertarungan tersebut Ni Rarung dengan kekuatan ilmu hitamnya berubah wujud menjadi seekor Garuda Raksasa, sehingga membuat Rakrean Madri terbunuh.

Anik Sunarta mengungkapkan, ini adalah kali pertama Sanggar Seni Calonarang GABOS tampil di PKB sejak pertama kali terbentuk tahun 2006. Istimewanya lagi, yang tampil merupakan generasi muda baik berstatus pelajar maupun yang sudah bekerja. 

Dikatakan, Sanggar Seni Calonarang GABOS ini memang sanggar yang memang fokus keseniannya lebih ke pementasan tari calonarang.

“Kami generasi muda meneruskan apa yang sudah dibentuk oleh tetua kami dulu. Jadi masing-masing banjar dari Desa Bongkasa dan Bongkasa Pertiwi kita kumpulkan generasi mudanya di Sanggar GABOS ini. Fokus kami memang lebih ke pementasan tari calonarang, dan ini pertama kali kami tampil di PKB,” ungkapnya.

Diakui, tampil di PKB adalah suatu kesempatan yang sangat sayang untuk dilewatkan. Konon, ada stigma yang berkembang mengatakan bahwa tampil di PKB menjajal Art Center adalah puncak karir seorang seniman Bali. 

 

“Sebenarnya kalau untuk ngayah-ngayah kami sudah biasa. Bahkan ada yang ngupah untuk tampil. Tapi khusus tampil di PKB ini belum pernah sama sekali. Sehingga pentas PKB tahun ini kami gunakan untuk melatih mental semeton, karena ini generasi muda semua,” katanya.

Anik Sunarta menambahkan, untuk proses kreatif mereka membutuhkan sekitar satu bulan latihan. Proses latihan lebih kepada mematangkan tari dan cerita yang diangkat, mengingat para seniman sudah terbiasa menarikan drata tari calonarang ini. 

“Untuk tampil di PKB ini kami berupaya menyiapkan garapan dengan matang. Hanya saja dalam proses latihan memang terkendala waktu dari masing-masing seniman yang punya kesibukan tersendiri. Jadi latihannya kami menyesuaikan waktu mereka kapan bisa," tutupnya.

Editor: Robby Patria

Reporter: bbn/rls



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritadenpasar.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Denpasar.
Ikuti kami