search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Bali Butuh Banyak Startup Inovasi Iklim untuk Capai Emisi Nol Bersih
Senin, 14 Oktober 2024, 20:16 WITA Follow
image

Pengelolaan sampah di TPS2R di Desa Keliki, Kabupaten Gianyar, Bali

IKUTI BERITADENPASAR.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITADENPASAR.COM, DENPASAR.

Bali berambisi mewujudkan target Emisi Nol Bersih. Namun, untuk mencapai tujuan ini, dibutuhkan lebih banyak startup inovasi iklim yang fokus pada mitigasi perubahan iklim dan keberlanjutan. 

Hal ini disampaikan oleh Rainy Putri, Program Manager New Nexus Energy Indonesia, dalam acara pelatihan jurnalis yang digelar bersama AJI Denpasar, Sabtu (7/10).

Menurut Rainy, UMKM berkontribusi sekitar 61% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, menjadikan mereka tulang punggung perekonomian. 

Banyak UMKM ini adalah startup yang digerakkan oleh generasi muda yang sadar akan pentingnya perubahan lingkungan. Namun, sayangnya, jumlah pengusaha yang bergerak di sektor inovasi iklim masih sangat minim.

Salah satu kendala terbesar dalam pengembangan startup di sektor iklim adalah kurangnya regulasi yang mendukung serta terbatasnya akses pembiayaan. 

Menurut Rainy, minimnya dukungan pemerintah terhadap ekosistem inovasi iklim menghambat pertumbuhan startup yang berfokus pada adaptasi perubahan iklim.

“Regulasi dan kesadaran pemerintah masih perlu ditingkatkan, terutama terkait akses pembiayaan bagi para inovator iklim,” ujar Rainy. 

Padahal, lanjutnya, ekosistem inovasi iklim bisa menjadi solusi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus melindungi lingkungan.

Dalam upaya mempercepat pengembangan startup inovasi iklim, Nexus telah meluncurkan program Matangi Bali sejak 2022. 

Program ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah pengusaha di sektor iklim dan mendorong keterlibatan perempuan dalam usaha hijau. 

Rainy menambahkan bahwa Indonesia, sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara, menghadapi tantangan emisi akibat ketergantungan pada energi konvensional seperti minyak, gas, dan batubara.

“Kami memahami bahwa masyarakat Bali memiliki hubungan yang erat dengan alam, dan melalui program ini, kami ingin membangun kembali kesadaran untuk menjaga hubungan tersebut dengan pendekatan inovatif,” ujar Rainy.

Selama program berjalan, Nexus telah mendukung 333 pelaku usaha, 60 di antaranya adalah perempuan. 

Total dana yang telah disalurkan mencapai US$27 ribu untuk membantu startup iklim mengembangkan produk, layanan, dan model bisnis mereka. 

Dari ratusan pelaku usaha, Nexus memilih 13 startup unggulan yang siap berperan dalam program mitigasi perubahan iklim di Bali.

Salah satu startup inovasi iklim yang muncul dari program ini adalah Griya Luhu, yang didirikan oleh Alfina Febriyanti pada tahun 2022. 

Griya Luhu fokus pada pengelolaan sampah, masalah besar yang masih dihadapi Bali dari hulu ke hilir. 

Alfina menjelaskan bahwa startup ini melibatkan masyarakat dalam proses pemilahan sampah, sehingga memberikan dampak positif terhadap lingkungan.

Contoh penerapan startup ini bisa dilihat di Desa Kedonganan, di mana warga setempat menggunakan aplikasi Griya Luhu untuk mencatat dan membayar sampah berdasarkan berat dan jenisnya. 

Dengan pemilahan ini, setiap rumah tangga dapat memantau volume sampah yang mereka hasilkan dan berpartisipasi aktif dalam pengelolaan sampah sejak dari rumah tangga.

“Kami terus mengedukasi masyarakat di beberapa desa terpencil, dan kini mereka semakin paham pentingnya pemilahan sampah sejak dari rumah,” ungkap Alfina.

Editor: Aka Kresia

Reporter: bbn/rls



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritadenpasar.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Denpasar.
Ikuti kami