search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Latih Sensivitas, Puluhan Siswa SD Ikuti Lomba Mewarnai di PKB
Jumat, 24 Juni 2022, 09:45 WITA Follow
image

beritabali/ist

IKUTI BERITADENPASAR.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITADENPASAR.COM, DENPASAR.

Puluhan anak-anak asyik mengikuti wimbakara (lomba) mewarnai serangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) XLIV Tahun 2022 di Kalangan Angsoka, Taman Budaya Provinsi Bali (Art Center), Kamis (23/6/2022). 

Lomba mewarnai bisa menjadi salah satu cara untuk melatih sensivitas anak dalam memberi sentuhan rasa ke dalam karya seni.

Dengan berpakaian adat Bali, anak-anak yang berlomba ditaksir berusia 10-13 tahun, lantaran kriteria peserta yang dipersyaratkan oleh panitia PKB adalah siswa SD kelas IV, V, dan VI. Total ada 43 siswa-siswi yang ikut lomba tersebut. Mereka membawa peralatan masing-masing.

Seluruh siswa sudah disediakan gambar yang sama oleh panitia, tinggal mereka bebas mengaplikasikan teknik mewarnai. Para siswa terlihat sibuk memainkan warna crayon. 

Ada yang mewarnai dengan gaya duduk santai, ada juga yang selonjoran. Anak-anak terlihat sangat menikmati jalannya lomba yang berlangsung selama tiga jam itu. Tentunya, masing-masing siswa wajib didampingi oleh pendamping yang duduk di area tribun kalangan.

Ada tiga juri yang menilai lomba mewarnai tersebut antara lain I Made Jodog M.FA, Drs. I Dewa Putu Gede Budiarta S.Sn M.Si, dan Nyoman Dewi Febriyani S.T M.A Ph.D. salah satu juri, I Made Jodog mengungkapkan, ada tiga kriteria yang dinilai antara lain gagasan dan kreativitas, teknik mewarnai, serta kerapian dan kebersihan. 

Mengenai kreativitas dan teknik, kata Jodog, merupakan satu kesatuan. Maksudnya, kreativitas anak dalam mengombinasikan warna dan teknik pengaplikasianya ke dalam gambar agar sebuah karya menjadi indah dipandang dan juga terjadi keharmonisan warna di dalamnya.

“Para peserta boleh menambahkan bentuk-bentuk yang sesuai dan mendukung gambar tersebut. Pada intinya, pengolahan warna menjadi hal yang sangat mendasar.

Bagaimana pewarnaan itu bisa menghasilkan suatu karya yang harmonis. Akan tetapi, kadang-kadang warna-warna yang komplementer itu juga bisa menghasilkan karya yang harmonis dalam penciptaan,” paparnya.

Dosen seni rupa murni ISI Denpasar ini melanjutkan, mewarnai memiliki manfaat untuk melatih sensivitas anak dalam menuangkan warna ke dalam karya seni lukis. Namun untuk bisa menghasilkan karya yang harmonis, menurutnya penting mengasah sensitivitas dari kecil. 

“Kalau bisa dari kecil dilatih sensitivitasnya. Bagaimana dia menyalurkan emosi dan gagasan ke dalam lukisan. Untuk bisa menghasilkan karya yang harmonis, proses latihan itu adalah sesuatu yang melekat, harus dilatih terus,” tutupnya.

Editor: Robby Patria

Reporter: bbn/rls



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritadenpasar.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Denpasar.
Ikuti kami