Mitos Seks Yang Saat Ini Banyak Dipercaya Remaja
GOOGLE NEWS
BERITADENPASAR.COM, DENPASAR.
Tanya:
“Dok, aku mau tanya. Aku pusing membaca informasi tentang seksualitas di internet dan yang beredar di media sosial. Kayaknya banyak informasi yang hoax atau mitos. Beneran bikin bingung. Ada yang bilang kalau perempuan jalannya pengkang itu sudah tidak perawan, masturbasi bikin mandul, dan banyak lagi. Bisa jelasin tentang mitos-mitos ini ya, Dok?” (Rully, 18, Jakarta)
Jawab:
Memang banyak sekali mitos-mitos yang masih dipercaya, yang bisa jadi membawa remaja makin jauh dari jangkauan informasi yang benar tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi, termasuk aktivitas seksual yang sudah dijalani oleh sebagian remaja. Bisik-bisik diantara remaja soal lutut yang kopong dan cara jalan yang bisa menggambarkan status keperawanan, sudah sering kita dengar. Semua itu kok bisa ya dipercaya oleh remaja kita?
Mitos adalah suatu ungkapan yang belum tentu benar, tetapi sudah dianggap atau diyakini benar oleh masyarakat. Kita mendapatkan mitos ini dari generasi sebelum kita secara turun menurun, baik itu secara langsung maupun lewat cerita, buku, dan lain-lain. Kita menerima pandangan atau pendapat yang turun temurun ini sebagai sesuatu yang diyakini sebagai kebenaran.
Berikut ini adalah sebagian mitos-mitos seksualitas yang banyak beredar di sekitar remaja kita, dipilihkan dari hasil dari inventarisasi lembaga KISARA (Kita Sayang Remaja) PKBI di Bali dan mungkin juga menjadi pendapat kita selama ini:
1. Berhubungan seks dengan pacar merupakan bukti cinta
Faktanya, berhubungan seks bukan cara untuk menunjukkan kasih sayang pada saat masih pacaran, melainkan karena disebabkan adanya dorongan seksual yang tidak terkontrol dan keinginan untuk mencoba-coba. Rasa sayang kita dengan pacar bisa ditunjukkan dengan cara lain.
2. Hubungan seks pertama kali selalu ditandai dengan keluarnya darah dari vagina
Faktanya, tidak selalu hubungan seks yang pertama kali itu keliahatan berdarah. Apabila komunikasi seksual terjalin dengan baik dan hubungan seksual dilakukan dalam keadaan siap dan disertai foreplay yang cukup bisa tidak memunculkan adanya perdarahan.
3. Loncat-loncat setelah berhubungan seks tidak akan menyebabkan kehamilan
Faktanya, ketika sperma sudah memasuki vagina, maka sperma akan mencari sel telur yang telah matang untuk dibuahi. Loncat-loncat tidak akan mengeluarkan sperma. Jadi, tetap ada kemungkinan untuk terjadinya pembuahan atau kehamilan.
4. Selaput dara yang robek berarti sudah pernah melakukan hubungan seksual atau tidak perawan lagi
Faktanya tidak selalu demikian. Selaput dara merupakan selaput kulit yang tipis yang dapat meregang dan robek karena beberapa hal. Selain karena melakukan hubungan seks, selaput dara juga bisa robek karena melakukan olah raga tertentu seperti naik sepeda dan berkuda.
Karena itu, robeknya selaput dara belum tentu karena hubungan seks, malah ada juga perempuan yang sudah menikah dan berhubungan seks berkali-kali tapi selaput daranya masih utuh dan tidak koyak karena selaput daranya elastis.
5. Keperawanan dapat ditebak dari cara berjalan dan bentuk pinggul
Faktanya, keperawanan tidak bisa dilihat dari bentuk pinggul atau cara jalan. Keperawanan bisa dipandang dari 2 sisi, yaitu dari sisi fisik (ini berkaitan dengan selaput dara) yang hanya bisa diketahui melalui hasil pemeriksaan dokter.
Jadi hanya dari pemeriksaan khususlah yang memungkinkan diketahuinya selaput dara robek atau tidak serta kemungkinan penyebabnya. Kedua, dari sisi moral dan sosial yang mengacu pada apakah seseorang perempuan sudah pernah melakukan hubungan seks atau belum.
6. Dorongan seksual laki-laki lebih besar dari pada perempuan
Faktanya, dorongan seksual merupakan hal yang alamiah muncul pada setiap individu pada umumnya dimulai saat ia menginjak masa pubertas (karena mulai berfungsinya hormon seksual). Dan ini sangat wajar dan seimbang baik pada laki-laki maupun perempuan. Faktor yang mempengaruhi dorongan seksual antara lain kepribadian, pola sosialisasi, dan pengalaman seksual.
Dorongan seksual perempuan hanya terkesan lebih kecil dari laki-laki karena lingkungan menganggap perempuan yang mengekspresikan dorongan seksualnya adalah perempuan yang "nakal atau kurang baik", sementaralaki-laki tidak pernah dipermasalahkan.
7. Perempuan yang berdada besar dorongan seksualnya besar
Faktanya tidak seperti itu. Secara medis, tidak ada hubungan langsung antara ukuran payudara dengan dorongan seksual seseorang. Dorongan seksual itu ditentukan oleh kepribadian, pola sosialisasi, dan pengalaman seksual (melihat, mendengar, atau merasakan suatu rangsangan seksual).
8. Masturbasi bisa menyebabkan lutut kopong
Faktanya, masturbasi tidak menyebabkan lutut menjadi kopong. Sperma tidak diproduksi dan tidak disimpan di dalam lutut, melainkan di testis. Mungkin setelah masturbasi, biasanya timbul rasa lelah, karena masturbasi mengeluarkan banyak energi. Itulah yang membuat menjadi lemas, jadi bukan karena lututnya jadi kosong.
9. Sering masturbasi bisa membuat mandul
Faktanya, secara medis masturbasi tidak menggangu kesehatan fisik selama dilakukan secara aman (tidak sampai menimbulkan luka atau lecet). Resiko fisik biasanya berupa kelelahan.
Pengaruh masturbasi biasanya bersifat psikologis, seperti perasaan bersalah, berdosa dan kadarnya berbeda-beda bagi setiap orang. Kemandulan justru biasanya akibat dari IMS (infeksi menular seksual) atau penyakit lainnya seperti kanker atau karena sebab fisik lainnya misalnya kualitas sperma yang kurang baik.
10. Minuman bersoda akan dapat mempercepat selesainya menstruasi
Faktanya, menstruasi adalah proses pendarahan yang disebabkan luruhnya dinding rahim sebagai akibat tidak adanya pembuahan. Sakit tidaknya atau lancar tidaknya menstruasi seseorang selain dipengaruhi oleh hormon juga dipengaruhi faktor psikis, bukan karena minum minuman bersoda.
11. IMS dapat dicegah dengan mencuci alat kelamin
Faktanya tidak ada sabun atau desinfektan apa pun yang dapat mencegah IMS. Justru pada perempuan, jika mencuci bagian dalam vagina terlalu sering akan mempertinggi resiko terkena keputihan karena sabun dapat mengurangi kadar keasaman permukaan vagina yang sebetulnya berfungsi untuk membunuh kuman-kuman normal yang ada.
Mitos-mitos tersebut ternyata memang sudah hidup subur di masyarakat. Pengaruh mitos-mitos tersebut masih sangat kuat, bahkan juga di antara para remaja yang justru lagi giat-giatnya mencari informasi tentang seks dan kesehatan reproduksi.
Banyak yang mempercayainya sehingga tidak jarang kita temui kasus-kasus yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi bermula dari keyakinan dari mitos-mitos tersebut. Hal itu terjadi karena tidak lengkapnya informasi tentang kesehatan reproduksi yang bisa diakses oleh remaja, baik melalui lembaga formal seperti sekolah, keluarga atau masyarakat pada umumnya.
Sekarang tergantung kepada diri remajanya masing-masing, karena mereka yang akan menjalaninya nanti. Apakah akan menelan mentah-mentah mitos tersebut ataukah akan mencermatinya lebih lanjut guna memastikan kebenarannya. Kalau kita masih terpengaruhi dengan mitos-mitos diatas, yang rugi ya diri kita sendiri.
Dan bagi yang sudah mengetahui fakta yang sebenarnya, silakanlah tetap yakin dengan kebenarannya, jangan goyah. Bahkan cobalah ikut serta untuk menginformasikan fakta-fakta ini ke rekan-rekan remaja yang lainnya sehingga semakin banyak remaja yang mengerti dan makin bertanggungjawab dengan segala perilaku dan pilihannya.
Editor: Robby Patria
Reporter: bbn/oka