search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
7 Korban Kasus Penipuan Robot Trading Lapor ke Polda Bali
Senin, 14 Maret 2022, 21:20 WITA Follow
image

Beritadenpasar.com

IKUTI BERITADENPASAR.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITADENPASAR.COM, DENPASAR.

Tidak terima ditipu, 7 dari 300 nasabah korban kasus penipuan Robot Trading Fahrenheit melapor ke SPKT Polda Bali, pada Senin 14 Maret 2022.

Mereka mengaku rugi puluhan hingga ratusan juta dari penipuan Robot Trading yang merupakan perusahaan FSP Akademi Pro berkantor di wilayah Kuta. 

  

Dua dari 7 korban diketahui bernama Beni Kurniawan dan Murni Wiati. Keduanya mengaku rugi puluhan hingga jutaan rupiah. Mereka mengatakan perusahaan Robot Trading itu milik Hendry Susanto. Mereka sendiri mewakili 300 korban nasabah lainnya yang menjadi korban penipuan berkedok trading menggunakan robot.A:

"Kami sudah laporkan penipuan ini mewakili 300 orang nasabah yang menjadi korban. Kami mengalami kerugian puluhan juta hingga ratusan juta," ungkap Murni usai melapor ke SPKT Polda Bali, pada Senin 14 Maret 2022.

Dijelaskannya, Robot Trading Fahrenheit adalah perusahaan PT.FSP yang berdiri sejak Bulan Juli 2021 lalu. Berkantor di wilayah Kuta dan pusatnya di Jakarta. 

Menurutnya, awalnya tidak ada masalah. Tapi secara tiba-tiba, nasabah mengalami margin call pada 18 Januari 2022. Dalihnya, masih mengurus perizinan yang belum lengkap. 

"Awalnya tidak ada masalah aman-aman saja, trading setiap hari ada profit. Tapi pada 18 Januari 2022 diberhentikan mendadak alasannya perusahaan mengurus perizinan," ungkap Murni didampingi Beni.

Kemudian, pada 25 Februari 2022 perusahaan menjanjikan akan trading dan bisa WD (whitdraw), menarik modal, ternyata tidak terjadi. "Mereka tetap trading tapi kita tidak bisa whitdraw," lanjut Murni.

Nah, pada 7 Maret 2022, nasabah mulai curiga alias mulai kehilangan modal yang mereka investasikan. Walau robot trading tetap masuk ke pasar, namun hasilnya membuat mereka kecewa akibat tidak ada hasil yang didapatkan.

"Malamnya, trading lagi tapi minus yang luar biasa dan itu terus menerus tidak stop sampai equity kita terkuras," kata Murni lagi. 

Saksi korban Murni dan Beni mengungkapkan korban investasi bodong tidak hanya berjumlah 300, tapi lebih dari itu. Dengan total kerugian diperkirakan mencapai Rp 5 triliun. 

Ia pun meminta agar kasus yang dilaporkan segera disikapi penyidik Ditreskrimsus Polda Bali, dan berharap uang yang telah diinvestasikan bisa kembali.

Sementara itu, Direktur Reskrimsus Polda Bali Kombes Pol Hendri Fiuser mengatakan pihaknya belum menerima laporan dari korbannya. 

"Saya belum terima laporan resminya, yang jelas kalau sudah kita terima akan kami lakukan penyelidikan berdasarkan laporan yang ada," ungkap Kombes Pol Hendri Fiuser, saat dikonformasi wartawan, pada Senin 14 Maret 2022. 

Editor: Robby Patria

Reporter: bbn/tim



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritadenpasar.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Denpasar.
Ikuti kami