search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Inflasi Bali Meningkat pada September 2024
Kamis, 3 Oktober 2024, 20:42 WITA Follow
image

Provinsi Bali mengalami inflasi dan meningkat pada September 2024 (ilustrasi, pixabay)

IKUTI BERITADENPASAR.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITADENPASAR.COM, BALI.

Inflasi di Provinsi Bali terus menunjukkan tren kenaikan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, tingkat inflasi pada September 2024 tercatat sebesar 0,13% month-to-month (mtm), meningkat dibandingkan Agustus 2024 yang sebesar 0,10% (mtm). 

Secara tahunan, inflasi meningkat dari 2,32% year-on-year (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi 2,67% (yoy), dipicu oleh lonjakan permintaan jelang Hari Raya Galungan.

Kenaikan ini menempatkan inflasi Bali di atas angka inflasi nasional, yang mengalami deflasi bulanan sebesar -0,12% (mtm) dan inflasi tahunan sebesar 1,84% (yoy). 

Kondisi ini mendorong perlunya langkah pengendalian harga yang lebih kuat dan terkoordinasi, dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di seluruh kabupaten/kota di Bali.

Inflasi bulanan tertinggi tercatat di Kota Singaraja dengan kenaikan 0,25% (mtm) atau 1,78% (yoy). Kabupaten Badung juga mencatat inflasi sebesar 0,09% (mtm) atau 2,53% (yoy). 

Sementara itu, Kota Denpasar dan Kabupaten Tabanan mengalami inflasi masing-masing sebesar 0,06% dan 0,26% (mtm), dengan inflasi tahunan 2,99% dan 2,98% (yoy).

Kelompok yang menjadi penyumbang utama inflasi pada September 2024 adalah Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya, didorong oleh kenaikan harga beberapa komoditas penting.

Kenaikan harga canang sari, daging babi, pisang, bawang merah, serta sigaret kretek mesin (SKM) menjadi pemicu utama inflasi di Bali. 

Peningkatan permintaan menjelang Hari Raya Galungan mempercepat kenaikan harga canang sari, daging babi, dan pisang. 

Sementara, harga bawang merah melonjak akibat berkurangnya panen di Bali dan NTB. Selain itu, harga SKM juga naik seiring kenaikan cukai rokok di awal tahun 2024.

Pada Oktober 2024, beberapa risiko inflasi perlu diwaspadai, seperti potensi kenaikan harga menjelang Hari Raya Kuningan dan berlanjutnya kenaikan harga daging babi karena tingginya permintaan dari luar Bali. 

Harga bawang merah diperkirakan tetap naik seiring berakhirnya musim panen raya, sementara tren kenaikan harga emas dunia juga dapat mempengaruhi harga di pasar lokal.

Namun, beberapa faktor diharapkan bisa menekan inflasi, seperti penurunan harga cabai berkat panen yang melimpah, penurunan harga BBM non-subsidi, dan dimulainya panen gadu padi. 

Selain itu, beroperasinya unit penggilingan beras modern (Rice Milling Unit) di Kabupaten Badung sejak Agustus 2024 juga diharapkan membantu stabilitas harga beras.

Bank Indonesia Provinsi Bali bersama seluruh TPID kabupaten/kota terus mengupayakan pengendalian inflasi melalui berbagai kebijakan dan inovasi. 

Beberapa langkah yang telah diambil termasuk operasi pasar murah, Gerakan Tanam Pangan Cepat Panen (Genta Paten) di lahan milik pemerintah, dan optimalisasi distribusi pangan melalui mitra distributor serta pengecer.

Selain itu, penguatan sarana produksi pangan dan bantuan transportasi untuk distribusi turut menjadi bagian dari langkah pengendalian inflasi. 

TPID juga mengimbau masyarakat untuk bijak dalam berbelanja, sembari terus memantau stok dan harga di pasar.

Bank Indonesia optimistis, dengan kolaborasi yang kuat, inflasi di Bali pada tahun 2024 akan tetap berada dalam kisaran target nasional sebesar 2,5% ± 1%.

Editor: Aka Kresia

Reporter: bbn/rls



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritadenpasar.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Denpasar.
Ikuti kami